animasi-bergerak-pesawat-terbang-0028

Sabtu, 13 Juni 2015

Pertempuran Perang Enam Hari

Meliputi :

Serangan udara

Pergerakan Israel yang pertama dan yang paling penting adalah serangan pre-emptif terhadap Angkatan Udara Mesir. Angkatan Udara Mesir merupakan tentara udara termodern dan terbesar di kalangan Angkatan udara Arab, memiliki kurang lebih 450 pesawat tempur, dan semuanya merupakan buatan Uni Soviet dan baru.

Salah satu hal yang dikhawatirkan oleh Israel adalah 30 buah pesawat pengebom sederhana Tu-16 Badger, yang dapat memberikan kerusakan besar kepada permukiman penduduk dan markas militer Israel. Pada tanggal 5 Juni 1967 pukul 7:45 waktu Israel, sirine pertahanan rakyat sipil dibunyikan di seluruh Israel, Angkatan Udara Israel melancarkan Operasi Fokus (Moked). 

Semua 200 jet kecuali 12 yang boleh beroperasi  telah

meninggalkan kawasan udara Israel dalam satu serangan besar terhadap bandara militer Mesir. Infrastruktur pertahanan Mesir memang lemah, dan tidak ada lapangan udara militer yang dilengkapi dengan bunker untuk mempertahankan pesawat terbang angkatan udara Mesir dalam satu serangan. 

Pesawat udara Israel bergerak menuju Laut Tengah sebelum kembali ke Mesir. Pada saat itu, pihak Mesir mengganggu pertahanan mereka sendiri dengan menutup seluruh pertahanan udara secara efektif, karena mereka takut jika pemberontak Mesir akan menembak jatuh pesawat terbang yang membawa seluruh Letjen Sidqi Mahmoud, yang berada dalam perjalanan dari al Maza ke Bir Tamada di Sinai untuk bertemu dengan letnan kolonel yang bertugas di sana. 

Dalam peristiwa ini memang tidak banyak bedanya karena pilot terbang di bawah pantauan radar dan sesuai di bawah titik terendah dimana baterai misil S-75 Dvina daratan-ke-udara akan menjatuhkan pesawat terbang tersebut. Israel telah menggunakan strategi serangan campuran, pengeboman dan tembakan yang bertubi-tubi terhadap pesawat, dengan sistem serangan bom menembus bandara yang menyebabkan bandara tidak berguna untuk pesawat-pesawat yang tidak musnah dan oleh sebab itu, menjadikannya sasaran yang tidak dapat diselamatkan karena gelombang-gelombang serangan Israel. 

Serangan tersebut lebih sukses dibanding yang diharapkan. Serangan itu hampir memusnahkan seluruh Angkatan Udara Mesir di daratan tanpa banyak pengorbanan Israel. Lebih dari 300 pesawat Mesir dimusnahkan, dengan 100 pilot Mesir dibunuh  Israel kehilangan 19 pesawat terbang karena kehilangan kendali, yaitu kegagalan mekanik, dan sebagainya. Serangan ini juga menjamin keunggulan udara Israel pada perang ini.

Sebelum peperangan ini terjadi, pilot Israel di lapangan telah berlatih dengan sungguh-sungguh untuk memperlengkap serangan deras pesawat yang kembali setelah melakukan serangan tiba-tiba, menyebabkan 1 pesawat melakukan serangan tiba-tiba empat kali sehari (hal ini bertentangan dengan norma angkatan udara Arab yang hanya dapat melakukan satu atau dua serangan udara setiap hari). 

Hal ini membuat Angkatan Udara Israel menurunkan banyak gelombang serangan terhadap bandara militer Mesir pada saat perang yang pertama, dan mengalahkan Angkatan Udara Mesir. Hal ini juga menyebabkan orang Arab mempercayai bahwa Angkatan Udara Israel dibantu oleh militer asing.

Menyusul kemenangan gelombang-gelombang serangan permulaan terhadap bandara militer Mesir yang utama, serangan-serangan susulan dibuat pada akhir hari pertama terhadap bandara yang lebih kecil serta bandara Yordania, Suriah, dan juga Irak. Sepanjang perang, pesawat-pesawat Israel meneruskan tembakan yang bertubi-tubi terhadap bandara Mesir untuk mencegah pemulihan bandara tersebut.

Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai


 

 

 

 

 

 

 

 

Penguasaan Sinai. 7 Juni-8 Juni 1967

Pasukan Mesir terdiri dari 7 divisi, yaitu 4 divisi lapis baja, 2 divisi infantri, dan 1 divisi infantri yang dimekanisasi. Mesir memiliki sekitar 100.000 pasukan dan 900-950 tank di Sinai, dipersenjatai dengan 1.100 Pengangkut personel lapis baja dan 1.000 artileri. Penyusunan ini berdasarkan dari doktrin Uni Soviet, yaitu mobil lapis baja menyediakan pertahanan dinamik ketika infantri ikut serta dalam pertempuran yang bersifat pertahanan.

Pasukan Israel mengkonsetrasikan di perbatasan Mesir dengan mengikutsertakan 6 brigadir lapis baja, 1 brigadir infantri, 1 brigadir infantri yang dimekanisasi, 3 brigadir pasukan payung dan 700 tank yang berjumlah 70.000 orang, diatur dalam 3 divisi lapis baja. 

Rencana Israel adalah untuk mengejutkan pasukan Mesir (serangan tersebut tentu saja bertepatan dengan serangan Angkatan Udara Israel terhadap bandara Mesir), yang menyerang melalui rute utara dan tengah Sinai, dimana di luar dugaan Mesir karena Mesir mengira Israel akan menggunakan rute yang sama dengan serangan tahun 1956, dimana Angkatan Bersenjata Israel menyerang melalui rute tengah dan selatan.

Pada divisi Israel yang di utara, terdapat 3 brigadir dan diperintah oleh Mayor Jendral Israel Tal, salah satu letnan kolonel yang paling penting, menyerang dengan lambat melewati Jalur Gaza dan El Arish, yang tidak dilindungi.

Divisi tengah yang diperintah oleh Avraham Yoffe dan divisi selatan yang diperintah oleh Ariel Sharon, memasuki daerah Abu-Ageila-Kusseima yang sangat dilindungi oleh Mesir yang membuat terjadinya Pertempuran Abu-Ageila. Pasukan Mesir yang berada di sana terdiri dari 1 divisi militer, 1 batalyon tank perusak dan 1 regimen tank.

Sharon melakukan sebuah serangan yang telah direncanakan. Ia mengirim 2 dari brigadirnya ke sisi utara Um-Katef, yang pertama yang dapat menembus pertahanan Abu-Ageila ke selatan, dan yang kedua yang dapat memblok jalan menuju El Arish dan untuk melingkari Abu-Ageila dari timur. 

Pada waktu yang sama, pasukan payung terjun di dekat bagian belakang posisi bertahan pasukan Mesir dan menghancurkan artileri untuk mencegah penggunaan artileri untuk membalas serangan infantri Israel dengan artileri tersebut. Dengan digabungkannya pasukan, tank, pasukan payung, infantri, artileri, dan insinyur militer yang menyerang Mesir dari depan, belakang dan sisi lainnya. Pertempuran berlangsung 3 setengah hari sampai akhirnya Abu-Ageila jatuh.

Banyak pasukan Mesir yang tetap utuh dan terus mencoba mencegah pasukan Israel mencapai Terusan Suez atau menyerang secara tiba-tiba dalam usaha untuk mencapai kanal. Namun, ketika Menteri Pertahanan Mesir, Abdel Hakim Amer mendengar berita tentang jatuhnya Abu-Ageila, ia panik dan memerintahkan seluruh pasukan di Sinai untuk mundur. Perintah ini berarti kekalahan Mesir.

Karena mundurnya pasukan Mesir, letnan kolonel tertinggi Israel memilih untuk tidak mengejar pasukan Mesir, namun lebih baik menyusul dan menghancurkan mereka di wilayah pegunungan di Sinai Barat. Setelah itu, dalam waktu 2 hari (6 Juni -7 Juni 1967), seluruh 3 divisi Israel (Sharon dan Tal diperkuat oleh brigadir lapis baja) maju menuju barat dan mencapai jalan di daerah pegunungan. 

Divisi Sharon pertama pergi menuju selatan dan barat menuju celah Mitla. Semua pasukannya bergabung di sana dengan bagian dari divisi Yoffe, ketika pasukan lainnya memblok celah Gidi. Pasukan Tal juga berhenti di berbagai tempat.

Aksi blokade Israel hanya sukses di celah Gidi yang dapat direbut sebelum pasukan Mesir muncul, namun di tempat lain, pasukan Mesir dapat melewati dan menyeberang untuk keselamatan terusan. Namun, kemenangan Israel tetaplah mengagumkan. 

Dalam operasi selama 4 hari, pasukan Israel menaklukkan pasukan yang paling besar dan pasukan paling bersenjata di Arab, meninggalkan beberapa tempat di Sinai terbuang dengan ratusan pembakaran atau mobil Mesir yang ditinggalkan dan persenjataan militer.

Pada tanggal 8 Juni 1967, Israel menyelesaikan pendudukan Sinai dengan mengirim pasukan infantri ke Ras-Sudar (ladang minyak di teluk Suez) di pantai barat semenanjung tersebut.

Terdapat beberapa penyebab yang membuat serangan cepat Israel menjadi mungkin untuk dilakukan, pertama, keunggulan Angkatan Udara Israel atas Mesir, kedua, Israel membuat rencana perang yang baik, dan yang ketiga, koordinasi yang kurang di antara pasukan Mesir. Hal tersebut juga menjadi elemen kemenangan di front Israel yang lainnya.

Tepi Barat

Yordania enggan untuk memasuki perang ini. Beberapa menyatakan bahwa Nasser menggunakan ketidakjelasan pada jam pertama konflik tersebut untuk meyakinkan Hussein bahwa ia menang. Nasser menyatakan sebagai bukti bahwa sebuah radar melihat 1 skuadron pesawat tempur Israel kembali dari bombardmen di Mesir yang dinyatakan oleh Nasser sebagai pesawat Mesir yang menyerang Israel. Salah satu brigadir Yordania yang berpatroli di Tepi Barat dikirim ke daerah Hebron untuk berhubungan dengan Mesir. Hussein memilih untuk menyerang.

Pada perang, militer Yordania, termasuk 11 brigadir yang berjumlah 55.000 pasukan, dilengkapi dengan 300 tank modern. 9 brigadir (45.000 tentara, 270 tank, 200 artileri) didistribusikan ke Tepi Barat, termasuk brigadir elit lapis baja ke-40, dan 2 di Lembah Yordania. 

 Pasukan Arab merupakan pasukan yang berpengalaman, profesional, memiliki persenjataan yang cukup dan sudah cukup terlatih, bahkan pos perang Israel menyatakan bahwa jendral Yordania beraksi dengan profesional, tapi selalu meninggalkan "setengah dari langkah" di belakang oleh pergerakan Israel. 

Pada Angkatan Udara Yordania hanya terdapat 24 pesawat tempur Hawker Hunter buatan Britania Raya. Menurut Israel, pesawat Hawker Hunter sejajar dengan Dassault Mirage III buatan Perancis yang merupakan pesawat terbaik Angkatan Udara Israel.

Untuk melawan pasukan Yordania di Tepi Barat, Israel mendistribusikan sekitar 40.000 pasukan dan 200 tank (8 brigadir).Pada pasukan utama Israel terdapat 5 brigadir. 2 brigadir berpatroli di Yerusalem dan disebut Brigadir Yerusalem dan Brigadir Harel yang dimekanisasikan. 

Brigadir pasukan payung ke-55 Mordechai Gur dipanggil dari front Sinai. Sebuah brigadir lapis baja dialokasikan dari pasukan cadangan dan dibawa ke daerah Latrun. Brigadir lapis baja ke-10 berpatroli di utara Tepi Barat. Komando utara Israel menyediakan sebuah divisi 3 brigadir) yang dipimpin oleh mayor jendral Elad Peled, yang berpatroli di utara Tepi Barat, di Lembah Jezreel.





 


 

 

 

 

Peta jalur serangan Yordania tanggal 5 Juni - 7 Juni 1967

Rencana Angkatan Bersenjata Israel merupakan rencana untuk tetap bertahan di front Yordania, agar dapat mengutamakan serangan atas Mesir. Namun, pada pagi hari tanggal 5 Juni 1967, pasukan Yordania melakukan daya tolak di daerah Yerusalem, menduduki rumah pemerintahan yang digunakan sebagai benteng untuk pengamat PBB dan menembak bagian barat kota Yerusalem. Pasukan di Qalqiliya menembak ke arah kota Tel Aviv. 

Angkatan Udara Yordania menyerang bandara Israel. Baik serangan udara maupun artileri menyebabkan kerusalakan kecil. Pasukan Israel berpencar untuk menyerang pasukan Yordania di Tepi Barat. Pada siang hari pada hari yang sama, Angkatan Udara Israel beraksi dan menghancurkan Angkatan Udara Yordania. Pada sore hari, brigadir infantri Yerusalem bergerak ke arah selatan Yerusalam, ketika pasukan payung Harel dan Gur melingkari dari utara.

Pada tanggal 6 Juni 1967, pasukan Israel menyerang. Brigadir pasukan payung cadangan menyelesaikan pelingkaran Yerusalem dalam pertarungan yang berdarah, yaitu Pertempuran Bukit Amunisi, pertempuran yang terjadi di pos militer Yordania di Yerusalem Timur. Brigadir infantri menyerang benteng di Latrun dan merebutnya pada akhir hari, dan maju melewati Beit Horon menuju Ramallah. 

Brigadir Harel melanjutkan serangannya ke daerah pegunungan di barat laut Yerusalem. Pada sore hari, brigadir tersebut tiba di Ramallah. Angkatan Udara Israel mendeteksi dan menghancurkan Brigadir Yordania ke-60 dengan Angkatan Udara Israel mengalihkan rute dari Yerikho untuk memperkuat Yerusalem.

Di utara, 1 batalion dari divisi Peled dikirim untuk memeriksa pertahanan Yordania di Lembah Yordania. Brigadir yang merupakan bagian dari divisi Peled merebut bagian barat dari Tepi Barat, dan yang lainnya merebut Jenin dan yang ketiga (dilengkapi dengan AMX-13) menyerang tank M48 Patton milik Yordania di timur.
Pada tanggal 7 Juni 1967, pertarungan berat terjadi kemudian. Pasukan payung Gur memasuki kota tua Yerusalem melewati gerbang singa dan merebut tembok ratapan dan Al Haram Al Sharif. Brigadir Yerusalem lalu memperkuat mereka, dan melanjutkan serangan ke selatan, merebut Yudea, Gush Etzion dan Hebron. 

Brigadir Harel melanjutkan serangan ke timur, bergerak menuju Sungai Yordan. Di Tepi Barat, salah satu brigadir Peled mengepung Nablus lalu bergabung dengan salah satu brigadir pasukan utama untuk bertempur melawan pasukan Yordania yang memiliki jumlah persenjataan yang lebih banyak dari Israel.

Kekuasaan udara Israel menjadi faktor kekalahan Yordania. Salah satu brigadir Peled bergabung dengan pasukan utama yang datang dari Ramallah, dan 2 lainnya mengeblok Sungai Yordan bersama dengan Pasukan Utama ke-10 (nantinya mereka menyebrangi Sungai Yordan ke Tepi Timur untuk menyediakan tempat untuk insinyur militer ketika mereka meledakan jembatan, tapi akhirnya dengan cepat mundur karena tekanan Amerika Serikat).

Dataran Tinggi Golan

Laporang orang Mesir yang salah tentang kemenangan atas pasukan Israel, dan ramalan bahwa artileri Mesir akan segera menguasai Tel Aviv membuat Suriah semakin yakin untuk memasuki perang. Kepemimpinan Suriah mengadopsi kemunculan yang lebih berhati-hati daripada mulai menyerang Israel Utara. 

Ketika Angkatan Udara Israel menyelesaikan misinya di Mesir, dan berbalik untuk menghancurkan Angkatan Udara Suriah yang terkejut, Suriah mengerti bahwa berita yang didengar dari Mesir tentang penghancuran atas militer Israel adalah berita palsu. 

Selama sore hari pada tanggal 5 Juni 1967, serangan udara Israel menghancurkan dua dari pesawat Angkatan Udara Suriah, dan memaksa pesawat lainnya untuk mundur ke basis terdekat, tanpa memainkan peran lebih jauh dalam peperangan. Pasukan Suriah mencoba merebut pabrik air di Tel Dan. 

Beberapa tank Suriah juga dilaporkan tenggelam di sungai Yordan. Dalam berbagai kasus, komando Suriah berharap adanya serangan bawah tanah dan memulai serangan besar-besaran atas kota Israel di Lembah Hula.

Tanggal 7 Juni 1967 dan 8 Juni 1967 terlewati dengan hal seperti ini. Pada saat itu, debat telah terjadi di Israel bahwa Dataran Tinggi Golan juga harus diserang. Militer menyatakan bahwa serangan itu akan sangat mahal, karena pertempuran itu merupakan pertempuran di daerah pegunungan melawan musuh yang kuat.

Pada sisi barat Dataran Tinggi Golan, terdapat lereng bebatuan yang tingginya mencapai 500 meter (1700 kaki) dari Danau Galilea dan Sungai Yordan. Moshe Dayan percaya bahwa operasi itu akan membuat sekitar 30.000 orang mati. Levi Eshkol, di sisi lain, lebih terbuka kepada kemungkinan pada sebuah operasi terhadap Dataran Tinggi Golan, dan juga ketua dari Komando Utara, David Elazar, yang sangat yakin bahwa operasi ini dapat mengikis keengganan Dayan. 

Akhirnya, ketika situasi di front selatan (Mesir) dan tengah (Yordania) bersih, Moshe Dayan menjadi lebih yakin dengan ide ini, dan ia memimpin operasi ini. Jumlah pasukan Suriah sekitar 75.000 yang dikelompokan dalam 9 brigadir, didukung oleh jumlah artileri dan persenjataan yang cukup. 

Pasukan Israel yang digunakan dalam serangan terdiri dari 2 brigadir (satu brigadir lapis baja dipimpin oleh Albert Mandler dan Brigadir Golan) di bagian utara front, dan 2 lainnya (infantri dan 1 dari brigadir Peled yang dipanggil untuk Jenin) di front pusat. 

Walaupun tentara Suriah dapat bergerak dari utara ke selatan di dataran tinggi tersebut, tentara Israel dapat bergerak dari utara ke selatan di basis tebing Golan. Keunggulan yang didapat oleh Israel adalah intelijen yang baik yang dapat mengumpulkan data oleh mata-mata Mossad, Eli Cohen (yang akhirnya tertangkap dan dieksekusi di Suriah tahun 1965) mendapat informasi tentang posisi pertempuran Suriah.

 

 

 

 

 

 

Pertempuran Dataran Tinggi Golan, 9 Juni - 10 Juni 1967

Angkatan Udara Israel yang telah menyerang artileri Suriah selama 4 hari, mendapat perintah untuk menyerang posisi Suriah dengan seluruh pasukannya. Ketika artileri yang dilindungi dengan baik hampir tidak terdapat kerusakan, pasukan darat tetap berada di Dataran Tinggi Golan (6 dari 9 brigadir) menjadi tidak dapat mengatur pertahanan. Pada sore hari tanggal 9 Juni 1967, 4 brigadir Israel telah menembus Dataran Tinggi Golan, dimana mereka dapat diperkuat dan diganti.

Pada tanggal 10 Juni 1967, grup tengah dan utara bergabung dalam pergerakan di dataran tinggi, namun daerah tersebut direbut dalam keadaan kosong dimana pasukan Suriah telah melarikan diri. Beberapa pasukan gabungan yang dipimpin oleh Elad Peled memanjat Golan dari selatan, hanya untuk mendapati posisi yang kosong. 

Selama hari itu, pasukan Israel berhenti setelah menerima manuver di antara posisi mereka dimana terdapat garis dari lereng gunung berapi ke barat. Di bagian timur, relief dataran rendah adalah relief padang rumput yang terbuka. Posisi ini menjadi garis gencatan senjata yang diketahui dengan nama "Garis Ungu".

Perang di udara

Selama perang enam hari, Angkatan Udara Israel mendemonstrasikan kepentingan kekuasaan udara selama terjadinya konflik militer modern, terutama dalam front padang pasir. Dengan serangan Angkatan Udara Israel yang dimulai selama matahari terbit, angkatan udara Israel dapat menaklukan angkatan udara Arab dan mendapat kekuasaan udara di seluruh front, dan menjadi salah satu penyebab kemenangan Israel pada perang ini, dan yang paling menarik adalah dihancurkannya brigadir lapis baja ke-60 Yordania di dekat Yerikho dan serangan terhadap brigadir lapis baja Irak yang dikirim untuk menyerang Israel melalui Yordania.

Angkatan Udara Arab tidak pernah berhasil untuk membuat serangan yang efektif, contohnya serangan pejuang Yordania dan pengebom Tu-16 Mesir terhadap Israel selama 2 hari pertama tidak berhasil dan memimpin penghancuran pesawat tempur (pengebom Mesir ditembak jatuh ketika pejuang Yordania dihancurkan selama diserang).

Beberapa pilot Arab yang kecewa berkhianat dengan MiG pada Israel terlebih dahulu pada pecahnya konflik. Israel mengkapitalisasikan pada hal ini dengan uji coba penerbangan MiG pada tingkat maksimum, yang memberi pilot Israel keunggulan terhadap musuh mereka. Pengkhianatan Arab yang menarik perhatian termasuk:
  • Pada 19 Januari 1964, pilot Mesir, Mahmud Abbas Hilmi berkhianat dari Lapangan Udara el-Arish ke Lapangan Udara Hatzor di Israel di Yakovlev Yak-11nya.
  • Pada tahun 1965, pilot Suriah berkhianat pada MiG-17F kepada Israel.
  • Pada tahun 1966, Kapten Irak Munir Redfa menerbangkan MiG-21F-13 ke Israel. Setelah pengkhianatan kapten Redfa, 3 MiG-21F-13 dan paling sedikit 6 MiG-17F pilot Aljazair ditangkap oleh Israel setelah mendaratkan pesawat mereka di Lapangan Udara el-Arish Israel karena kesalahan. Salah satu pilot Aljazair yang ditangkap dipertanyakan dan mendapat asylum politik di Barat, sementara sisanya dipulangkan.
  • Paling sedikit dua pilot Irak berkhianat ke Yordania dengan MiG-21F-13. Yordania memberi mereka asylum politik tetapi mengembalikan pesawatnya ke Irak.
Pada 6 Juni, hari kedua perang, Raja Hussein dan Nasser menyatakan bahwa pesawat Amerika dan Britania ikut serta dalam serangan Israel.

Perang di laut

Perang di laut sangat terbatas. Pergerakan kapal perang Israel dan Mesir digunakan untuk menyerang dari sisi lain, tapi tidak pernah secara langsung ikut serta dalam pertarungan lainnya di laut. 

Pergerakan yang mendapat sebuah hasil adalah penggunaan 6 manusia katak Israel di pelabuhan Alexandria (mereka tertangkap karena menenggelamkan sebuah kapal), dan kru kapal ringan Israel yang merebut Sharm el-Sheikh di daerah selatan semenanjung Sinai pada tanggal 7 Juni 1967.

Pembersih ranjau Mesir tenggelam di pelabuhan Hurgahda. Kapal yang tenggelam disebut sebagai El Mina, yang diterjemahkan sebagai "pelabuhan".

Insiden USS Liberty

 





 

 

 

Bala bantuan setelah serangan Israel terhadap USS Liberty

Pada tanggal 8 Juni 1967, terjadi sebuah serangan pesawat tempur dan kapal torpedo Israel terhadap kapal intelijen Amerika Serikat USS Liberty sekitar 12.5 mil laut (23 km) lepas pantai Semenanjung Sinai, di utara kota Mesir El Arish. 

Serangan ini menewaskan 34 tentara Amerika Serikat dan melukai setidaknya 173 orang dimana serangan ini adalah serangan yang paling mematikan kedua terhadap kapal perang Amerika Serikat sejak Perang Dunia II, terbesar kedua setelah serangan rudal Exocet Irak terhadap kapal USS Stark pada tanggal 17 Mei 1987, dan menimbulkan korban jiwa terbesar dalam sejarah komunitas intelijen AS. 

Israel menyatakan bahwa terjadi kesalahan identifikasi dan Israel meminta maaf dengan membayar ganti rugi terhadap keluarga korban. Kebenaran tentang klaim Israel masih diperdebatkan, namun Amerika Serikat menerima bahwa insiden ini adalah sebuah kecelakaan. 

Sumber :Wikipedia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar