Perang global (1941)
Infanteri dan kendaraan lapis baja Jerman melawan pasukan Soviet di jalanan Kharkov, Oktober 1941.
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan ini adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum ("ruang hidup") dengan memiskinkan penduduk asli dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman yang tersisa.
Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis sebelum perang, Barbarossa memaksa komando
tertinggi Soviet mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang musim panas, Poros berhasil menerobos jauh ke
dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian besar dalam hal personil dan
material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi
Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group Centre yang kecil dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina
tengah dan Leningrad. Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan
pengepungan dan penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih
lanjut di Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov Pertama).
Pengalihan
tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Perancis
dan Mediterania tengah ke Front Timur membuat
Britania mempertimbangkan kembali strategi
besarnya Pada
bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan Jerman. Britania dan
Soviet menyerbu Iran untuk
melindungi Koridor Persia dan ladang minyak Iran. Bulan Agustus, Britania
Raya dan Amerika Serikat bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik.
Pada bulan
Oktober, ketika
tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan Leningrad dan Sevastopol yang masih berlanjut, sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah terpaksa menunda serangan mereka. Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.
tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan Leningrad dan Sevastopol yang masih berlanjut, sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah terpaksa menunda serangan mereka. Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.
Pada awal
Desember, pasukan cadangan yang baru
dimobilisasi memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros. Hal
ini, bersama data intelijen yang
menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah
serangan apapun oleh Angkatan Darat Kwantung Jepang,
memungkinkan Soviet memulai serangan balasan massal yang
dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1,000 kilometres (620 mi)
dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometres (62–155 mi) ke
barat.
Keberhasilan
Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap
pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju
menyediakan minyak untuk Jepang dari Hindia Timur
Belanda,
namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya. Perancis Vichy,
sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di Indocina Perancis. Pada bulan Juli 1941, Amerika
Serikat, Britania Raya, dan pemerintah Barat lainnya bereaksi terhadap
pendudukan Indocina dengan membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika
Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang) merespon dengan menerapkan
embargo minyak secara penuh. Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara
mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Cina, atau merebut sumber daya
alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang
pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak sebagai
pernyataan perang tidak langsung.
Jepang
berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk menciptakan
perimeter defensif besar yang membentang hingga Pasifik Tengah; Jepang kemudian
bebas mengeksploitasi sumber daya di Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu
dengan melancarkan perang defensif. Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat
sambil mengamankan perimeter, Jepang berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat dari kancah
perang. Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang menyerang
aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara
nyaris bersamaan. Peristiwa ini meliputi serangan ke
armada Amerika Serikat di Pearl Harbor, pendaratan di
Thailand dan Malaya dan pertempuran Hong
Kong.
Serangan-serangan
ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Cina, Australia, dan beberapa
negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni
Soviet, karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros
Eropa, memilih untuk tetap netral dengan Jepang. Jerman dan negara-negara Poros
menanggapi dengan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan
Januari, Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Cina, dan 22 pemerintahan
kecil atau terasingkan mengeluarkan Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga
memperkuat Piagam Atlantik, dan
melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan
negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian
Roosevelt, untuk membuka 'front kedua' di Perancis. Front Timur menjadi teater
perang besar di Eropa dan jumlah korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan
jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan ribu orang; Churchill dan
Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk persiapan, sehingga
memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang
Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.
Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap dan diperbudak oleh Jepang.
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura, dan Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri. Pasukan Jepang juga memenangkan pertempuran laut di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Samudra Hindia, dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah kemenangan Cina di Changsha pada awal Januari 1942. Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.
Jerman juga
mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika
Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat. Meski kalah
besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet di Rusia Tengah dan
Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan yang mereka peroleh pada
tahun sebelumnya. Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada
bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di Garis Gazala pada awal
Februari, diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan
Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.
Kebuntuan serbuan Poros (1942)
Pengebom tukik Amerika Serikat memerangi Mikuma pada Pertempuran Midway, Juni 1942.
Pada awal Mei 1942, Jepang memulai operasi untuk menduduki Port Moresby dengan serangan amfibi dan memutuskan komunikasi dan jalur suplai antara Amerika Serikat dan Australia. Akan tetapi, Sekutu berhasil mencegah invasi ini dengan mencegat dan mengalahkan pasukan laut Jepang pada Pertempuran Laut Koral. Rencana Jepang selanjutnya, termotivasi oleh Serangan Doolittle sebelumnya, adalah merebut Atol Midway dan memancing kapal induk Amerika Serikat ke kancah perang untuk dihancurkan; sebagai aksi pengalihan, Jepang juga mengirimkan pasukan untuk menduduki Kepulauan Aleut di Alaska. Pada awal Juni, Jepang melaksanakan operasinya, tetapi Amerika Serikat, setelah berhasil memecahkan kode laut Jepang pada akhir Mei, mengetahui semua rencana dan pemindahan pasukan mereka dan memakai pengetahuan ini untuk memperoleh kemenangan telak di Midway atas Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Dengan
kapasitasnya untuk bertindak secara agresif hilang akibat Pertempuran Midway,
Jepang memilih fokus pada upaya menduduki Port Moresby melalui kampanye darat di Teritori Papua. Amerika Serikat merencanakan
serangan balasan terhadap posisi Jepang di selatan Kepulauan Solomon, terutama Guadalcanal, sebagai tahap pertama menduduki Rabaul, pangkalan utama Jepang di Asia Tenggara.
Kedua
rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September, Pertempuran
Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini
diperintahkan mundur dari Port Moresby ke bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi
tentara Australia dan Amerika Serikat dalam Pertempuran Buna-Gona. Guadalcanal segera menjadi titik fokus bagi kedua pihak
dengan komitmen besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal. Pada
awal 1943, Jepang dikalahkan di pulau ini dan menarik tentara mereka. Di Burma,
pasukan Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama, ofensif ke wilayah Arakan pada akhir 1942 gagal dan memaksa pasukan mundur ke
India bulan Mei 1943. Kedua, penyisipan pasukan ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada
akhir April, memperoleh hasil yang diragukan.
Tentara Soviet menyerang sebuah rumah pada Pertempuran Stalingrad, 1943.
Di front timur Jerman, pasukan Poros mematahkan serangan Soviet di Semenanjung Kerch dan Kharkov, dan kemudian melancarkan serangan musim panas utamanya terhadap Rusia Selatan pada bulan Juni 1942 untuk menguasai ladang minyak di Kaukasus dan menduduki stepa Kuban, sementara mempertahankan posisi di wilayah front sebelah utara dan tengah. Jerman membagi Grup Angkatan Darat Selatan menjadi dua grup: Grup Angkatan Darat A bergerak ke Sungai Don, sementara Grup Angkatan Darat B bergerak ke sebelah tenggara Kaukasus menuju Sungai Volga. Soviet memutuskan bertahan di Stalingrad yang berada di jalur pergerakan pasukan Jerman.
Pada
pertengahan November, Jerman hampir berhasil
menduduki Stalingrad dalam pertempuran
jalanan
saat Soviet memulai serangan balasan musim dingin keduanya, dimulai dengan mengepung pasukan Jerman di Stalingrad dan
serangan ke unggulan Rzhev
dekat Moskwa, meski upaya terakhir gagal besar. Pada awal Februari
1943, Angkatan Darat Jerman menderita kekalahan besar; tentara Jerman di
Stalingrad dipaksa menyerah dan garis depan dimundurkan hingga posisinya
sebelum serangan musim panas. Pada pertengahan Februari, setelah desakan Soviet
meruncing, Jerman melancarkan serangan lain ke
Kharkov
dan membentuk unggulan baru di garis depan mereka di sekitar kota Kursk, Rusia.
Pada bulan
November 1941, pasukan Persemakmudan mengadakan serangan balasan, Operasi Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah
yang direbut Jerman dan Italia. Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin
memakai pangkalan di Madagaskar Vichy
mendorong Britania menyerbu pulau
ini
pada awal Mei 1942. Kesuksesan ini tidak bertahan lama setelah Poros berhasil
memukul Sekutu kembali ke Mesir dalam serangan di Libya sampai pasukan Poros dihentikan di El Alamein. Di Eropa, serangan komando Sekutu
terhadap target-target strategis, berakhir dengan Serangan Dieppe yang
menghancurkan, menunjukkan ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan invasi
ke daratan Eropa tanpa persiapan, perlengkapan, dan keamanan operasional yang
lebih baik.
Tank Crusader Britania bergerak ke posisi depan pada Kampanye Afrika Utara.
Pada bulan Agustus 1942, Sekutu sukses mematahkan serangan kedua terhadap El Alameindan, dengan banyak korban, berupaya mengirimkan suplai ke Malta yang sedang dikepung. Beberapa bulan kemudian, Sekutu melancarkan serangan di Mesir, memecah pasukan Poros dan mendorong mereka ke barat melintasi Libya. Serangan ini tidak lama kemudian dilanjutkan dengan invasi Inggris-Amerika Serikat ke Afrika Utara Perancis, yang berakhir dengan bergabungnya wilayah ini dengan Sekutu. Hitler menanggapi pendudukan koloni Perancis ini dengan memerintahkan pendudukan Perancis Vichy; meski pasukan Vichy sendiri tidak melawan pelanggaran gencatan senjata ini, mereka berusaha menenggelamkan armadanya sendiri agar tidak direbut pasukan Jerman. Pasukan Poros yang sekarang kewalahan di Afrika mundur hingga Tunisia, yang kemudian dikuasai Sekutu pada bulan 1943.
Sekutu menguasai medan (1943)
Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai
sejumlah operasi melawan Jepang di Pasifik. Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk mengusir pasukan
Jepang dari Kepulauan Aleut, dan segera memulai operasi besar untul mengisolasi Rabaul dengan menduduki pulau-pulau sekitarnya, dan menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di Kepulauan
Gilbert dan Marshall. Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua misi
ini, dan selain itu menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di Kepulauan Caroline. Bulan April, Sekutu melancarkan operasi mencaplok
kembali Nugini Barat.
Di Uni
Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas
1943 dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli
1943, Jerman menyerang
pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman lelah menghadapi
pertahanan Soviet yang sangat teratur dan, untuk pertama kalinya dalam perang
ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis
atau operasional. Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh invasi Sisilia oleh Sekutu
Barat pada 9 Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung
pada penggulingan dan penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.
Pesawat Il-2 Soviet menyerang kolom Wehrmacht pada Pertempuran Kursk, 1 Juli 1943.
Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan serangan balasannya sendiri, sehingga memupuskan harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran atau buntu di timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman dan memberi Uni Soviet inisiatif di Front Timur. Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di sepanjang garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya di Smolensk dan Serangan Dnieper Hilir.
Pada awal
September 1943, Sekutu Barat menyerbu daratan
Italia,
diikuti gencatan senjata Italia dengan Sekutu. Jerman
menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia, mengambil alih kendali militer
di wilayah Italia, dan membuat serangkaian garis pertahanan. Pasukan khusus
Jerman kemudian menyelamatkan Mussolini, yang kemudian mendirikan negara klien baru di Italia
dudukan Jerman bernama Republik Sosial
Italia.
Sekutu Barat berperang melintasi beberapa garis hingga garis pertahanan utama Jerman pada pertengahan November.
Operasi
Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada Mei 1943, dengan efektifnya serangan balasan Sekutu, kerugian
kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik Jerman ditunda.
Pada bulan November 1943, Franklin D.
Roosevelt
dan Winston Churchill bertemu dengan Chiang Kai-shek di Kairo dan Joseph Stalin
di Teheran. Konferensi
pertama menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang, sementara yang
terakhir menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan menyerbu Eropa pada
tahun 1944 dan Uni Soviet akan menyatakan perang terhadap Jepang dalam tiga
bulan setelah kekalahan Jerman.
Sejak
November 1943, selama tujuh minggu di Pertempuran Changde, Cina memaksa Jepang memasuki perang atrisi yang
merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu. Bulan Januari 1944, Sekutu
melancarkan serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte
Cassino
dan berupaya menembusnya dengan mendarat di
Anzio.
Pada akhir Januari, serangan besar Soviet mengusir pasukan
Jerman
dari wilayah Leningrad, dan
mengakhiri pengepungan paling mematikan dan terlama
sepanjang sejarah.
Serangan Soviet selanjutnya terhalang di
perbatasan Estonia sebelum perang oleh Grup Angkatan Darat Utara Jerman yang
dibantu penduduk Estonia yang berharap menetapkan kembali kemerdekaan nasional mereka.
Penundaan ini memperlambat operasi Soviet selanjutnya di kawasan Laut Baltik. Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil membebaskan
Krimea,
mengusir pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan terobosan ke
teritori Rumania, yang dipukul balik oleh pasukan Poros. Serangan Sekutu
di Italia berhasil dan, dengan mengizinkan sejumlah divisi Jerman mundur, pada
tanggal 4 Juni Roma ditaklukkan.
Tentara Britania menembakkan mortir pada Pertempuran Imphal, India Timur Laut, 1944.
Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944,Jepang melancarkan invasi pertama dari dua rencananya, operasi melawan posisi Britania di Assam, India, dan kemudian mengepung posisi Persemakmuran di Imphal dan Kohima. Bulan Mei 1944, pasukan Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang kembali ke Burma, dan pasukan Cina yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943 mengepung tentara Jepang di Myitkyina. Invasi Jepang kedua berupaya menghancurkan pasukan tempur utama Cina, melindungi jalur kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan menduduki lapangan udara Sekutu. Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi Henan dan memulai serangan baru terhadap Changsha di provinsi Hunan.
Sekutu mendekat (1944)
Invasi Normandia oleh Sekutu, 6 Juni 1944
Pada tanggal 6 Juni 1944 (dikenal sebagai D-Day), setelah tiga tahun ditekan Soviet, Sekutu Barat menyerbu Perancis Utara. Setelah menyusun kembali beberapa divisi Sekutu dari Italia, mereka juga menyerang Perancis Selatan. Semua pendaratan ini berhasil dan berakhir dengan kekalahan unit Angkatan Darat Jerman di Perancis. Paris dibebaskan oleh pemberontakan lokal yang dibantu Pasukan Perancis Merdeka pada tanggal 25 Agustus dan Sekutu Barat terus memukul pasukan Jerman di Eropa Timur sepanjang paruh terakhir tahun ini. Sebuah upaya bergerak maju melintasi Jerman Utara yang diawali dengan operasi udara besar-besaran di Belanda tidak berhasil. Setelah itu, Sekutu Barat pelan-pelan masuk wilayah Jerman, namun gagal menyeberangi Sungai Rur dalam serangan besar. Di Italia, serbuan Sekutu juga terhambat saat mereka melintasi garis pertahanan besar Jerman terakhir.
Pada tanggal
22 Juni, Soviet mengadakan serangan strategis di Belarus ("Operasi Bagration") yang berakhir dengan
nyaris kehancuran total Pusat Grup Angkatan Darat Jerman.
Tidak lama selepas itu, serangan strategis Soviet lainnya mengusir
tentara Jerman dari Ukraina Barat dan Polandia Timur. Pergerakan Soviet sukses
memaksa pasukan
pemberontak di Polandia memulai
sejumlah pemberontakan, meski yang terbesar di Warsawa, serta Pemberontakan Slowakia di selatan,
tidak dibantu Soviet dan dipadamkan oleh pasukan Jerman. Serangan strategis Pasukan Merah di Rumania timur memecah
belah dan menghancurkan pasukan Jerman di sana sekaligus
berhasil menggulingkan pemerintahan di Rumania dan Bulgaria, diikuti dengan memihaknya negara-negara tersebut ke
Sekutu.
Personil dan perlengkapan Pasukan Merah melintasi sungai saat musim panas utara 1944
Pada bulan September 1944, tentara Angkatan Darat Merah Soviet melaju hingga Yugoslavia dan memaksa penarikan cepat Grup Angkatan Darat Jerman E dan F di Yunani, Albania, dan Yugoslavia untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran. Pada saat ini, Partisan Komunis pimpinan Marsekal Josip Broz Tito, yang memulai kampanye gerilya sukses melawan pendudukan sejak 1941, menguasai sebagian besar teritori Yugoslavia dan terlibat dalam menunda serangan terhadap pasukan Jerman di selatan. Di Serbia utara, Pasukan Merah, dengan bantuan terbatas dari pasukan Bulgaria, membantu Partisan dalam pembebasan bersama ibu kota Belgrade tanggal 20 Oktober. Beberapa hari kemudian, Soviet melancarkan serangan massal terhadap Hongaria dudukan Jerman yang berlangsung sampai jatuhnya Budapest pada bulan Februari 1945. Kebalikan dengan kemenangan impresif Soviet di Balkan, pemberontakan Finlandia terhadap serangan Soviet di Tanah Genting Karelia menggagalkan pendudukan Soviet di Finlandia dan berakhir dengan penandatanganan gencatan senjata Soviet-Finlandia pada kondisi relatif kondusif, disertai memihaknya Finlandia ke Sekutu.
Pada awal
Juli, pasukan Persemakmuran di Asia Tenggara menggagalkan pengepungan Jepang di
Assam, memukul pasukannya kembali hingga Sungai
Chindwin
sementara Cina mencaplok Myitkyina. Di Cina, Jepang menuai kesuksesan besar,
berhasil mencaplok Changsha pada pertengahan Juni dan kota Hengyang pada awal Agustus. Selepas itu, mereka menyerbu provinsi
Guangxi, memenangkan pertempuran besar melawan pasukan Cina di Guilin dan Liuzhou pada akhir November dan berhasil
menyatukan pasukan mereka di Tiongkok dan Indocina pada pertengahan Desember.
Di Pasifik,
pasukan Amerika Serikat terus menekan mundur perimeter Jepang. Pada pertengahan
Juni 1944, mereka memulai serangan ke Kepulauan Mariana dan Palau, dan dengan
telak mengalahkan pasukan Jepang pada Pertempuran
Laut Filipina. Kekalahan-kekalahan ini memaksa Perdana Menteri Jepang Tōjō mengundurkan diri dan memberi Amerika Serikat keunggulan
atas pangkalan udara baru untuk melancarkan serangan bom besar-besaran di
kepulauan utama Jepang. Pada akhir Oktober, pasukan Amerika Serikat menyerbu pulau Leyte, Filipina; tidak lama
kemudian, angkatan laut Sekutu mencetak kemenangan besar pada Pertempuran Teluk Leyte, salah satu
pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah.
Sumber : Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar